News Jateng

Bedah Buku PSIS, Mengupas dari Aspek Sejarah Perkembangan Sepak Bola Semarang

Bedah Buku PSIS, Mengupas dari Aspek Sejarah Perkembangan Sepak Bola Semarang
Bani Maryanto (moderator), Teguh Handoyono (penulis buku), peserta diskusi, Fery Widyatma (penulis buku) (Bani Maryanto)

AKURAT.CO Membicarakan tentang dunia sepak bola tentu banyak sekali hal-hal yang bisa diulas.

Mulai dari prestasi, pertandingan bahkan sampai juga dengan sejarah perkembangan sepak bola itu sendiri.

Sepak bola Indonesia memiliki sejarah yang panjang sejak era penjajahan Belanda.

baca juga:

Banyak klub sepak bola di Indonesia terbentuk pada era itu.

Bisa dikatakan, awal mula persepakbolaan Indonesia berkembang dimulai pada masa kolonialisme Belanda. Dan Kota Semarang menjadi salah satunya. 

Mungkin banyak dari kalangan supporter yang fantik dengan perjalanan klub yang didukungnya, masih banyak yang belum mengetahui, setidaknya sejarah singkat dari klub kebanggaannya. 

Traveller Offender bersama Soundofrevolution.id serta Akurat Biro Jateng sebagai media partner mengundang siapa saja, terutama pendukung PSIS Semarang dalam diskusi bedah buku berjudul “Dinamika Sepak Bola di Semarang dari VIS sampai PSIS 1930 – 1942” (4/2/2023).

Kegiatan ini merupakan diskusi publik yang menghadirkan langsung penulis bukunya, yakni Fery Widyatma dan Teguh Handoyono, yang sekaligus sebagai narasumber diskusi.

Acara yang diselenggarakan di Kedai Samsara ini berlangsung cukup antusias dengan berbagai tanya-jawab dan dihadiri oleh berbagai komunitas supporter.

Dalam diskusinya, Fery Widyatma menuturkan bahwa cikal bakal sepak bola Semarang adalah Voetbalbond Indonesia Semarang (VIS).

Pada saat era penjajahan Belanda, sepak bola dibedakan secara kasta, yakni pribumi dan orang-orang Belanda.

Munculnya VIS pada awalnya diinisiasi  oleh orang-orang pribumi yang berlatarbakang pendidikan tinggi. 

Pada era itu di Indonesia bermunculan berbagai kesebelasan yang dimiliki oleh orang-orang Belanda, Arab hingga pribumi atau yang biasa disebut dengan bumi putera.

Namun, hanya mereka yang bernaung di bawah naungan Nederlandsch Indische Voetbal Bond yang diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam kompetisi yang digulir setiap tahunnya.

“Bila mengacu pada narasi sejarah, PSIS terbentuk pada 1930. PSIS itu sendiri ada karena adanya VIS. Dan VIS adalah representasi dari bumi putera yang ada di Semarang,” tuturnya. 

Di kesempatan yang lain, Teguh Handoyono juga menjelaskan bahwa pada era penjajahan Jepang, sepak bola ditiadakan.

Kegiatan olahraga dialihkan ke senam. Karena sepak bola dapat menuai perlawanan. 

“Sepak bola saat era Jepang dihapus dan dibekukan. Karena sepak bola bisa menjadi alat untuk siasat Indonesia merdeka. Dan sepak bola ditakutkan dapat melahirkan perlawanan kepada Jepang,” jelasnya. 

Keseluruhan dari acara diskusi ini ingin agar penggemar sepak bola terutama supporter PSIS menambah wawasan masyarakat terhadap sejarah sepak bola yang ada di Kota Semarang.